Seakan sequel buku terhadulu, memotret khatulistiwa menjabarkan perjalanan penulis saat memproduksi dokumenter televisi di sejumlah daerah terpencil dalam buku Gado-Gado Sang Jurnalis: Rundown Wartawan Ecek-Ecek, ia menyinggung teknis produksi program khusus dan kiprahnya sebagai kreator. Termasuk, mengungkap kedekatannya dengan beberapa komunitas adat dan situs-situs prasejarah di Tanah Air.
Memotret Khatulistiwa menawarkan empat hal utama, yakni feature bergenre laporan perjalan yang murni petualangan, catatan atau produksi program dokumenter POTRET di SCTV, sekilas etnografi atau penggambaran wajah suku-suku atau etnik di Tanah Air—-kajian ilmu Antropologi dan pelukisan situs-situs arkeologis di peloson negeri—–kajian ilmu arkeologi.
——————————————————————————————–
“Pengalaman saya sebagai seorang Pemimpin Redaksi mengajarkan saya bahwa berkomunikasi dengan mereka yang terbiasa dengan tayangan dokumenter dengan mereka yang biasa dalam tayangan hard news sangat jauh berbeda. Saya menyebut mereka yang terbiasa dengan tayangan dokumenter sebagai seniman. Keras kepala tapi memang argumentatif”
(Rosianna Silalahi, mantan Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV)
“Seperti dikatakan Prof. DR. Toynbe bahwa minoritas kreatiflah yang mampu mencipta peradaban. Saya pikir saudara syaiful HALIM adalah satu dari manusia kreatif Indonesia yang mampu membawa kita bertamasya ke masa silam. bercengkrama dengan alam Indonesia, dan menyapa peradaban megalitik di komunitas adat terpencil di Nusantara yang sesungguhnya menggambarkan tentang kebesaran sejarah dan budaya Indonesia. Lewat karya POTRET di SCTV, kita bisa melihat sebuah karya kebudayaan yang tetap aktual untuk dibaca dan disaksikan dari satu generasi ke generasi yang lain, dari satu masa ke masa yang lain”
(Prof DR. Nurhayati Rahman, M. Hum, Guru Besar Universitas Hasanuddin Makassar dan Filolog Bugis Kuno)
“Sangat jarang pekerja visual berbagai pengalaman lintas budaya mereka lewat tulisan, yang sesungguhnya penting bagi proses perkembangan keragaman Indonesia. Melalui buku ini Syaiful telah memulainya.”
(Aryo Danusiri, Produser & Sutradara)
“Bagi saya, buku ini bukan sekadar referensi dan bahan kontemplasi untuk menapaktilasi perjalanan penulisnya atau melihat cara sebuah dokumenter televisi. Di balik itu semua, sebenarnya kita tengah diperlihatkan potret kebangsaan, nasionalisme, nilai-nilai luhur, budaya bangsa, dan penguatan penguatan budaya lokal, yang belakang ini makin terpinggirkan.”
(Dra. Elly Yuniarti, MM, Kasubdit Pengembangan Budaya Politik Lokal Ditjen Kesbangpol Kementrian Dalam Negeri Repulik Indoneisa)
Memotret Khatulistiwa
Penulis: Syaiful Halim
Tahun Terbit: 2010
ISBN: 978-602-9656-52-7
Halaman: XX + 306
Harga : Rp 75.000,-/eks
Deskripsi
Sinopsis:
Seakan sequel buku terhadulu, memotret khatulistiwa menjabarkan perjalanan penulis saat memproduksi dokumenter televisi di sejumlah daerah terpencil dalam buku Gado-Gado Sang Jurnalis: Rundown Wartawan Ecek-Ecek, ia menyinggung teknis produksi program khusus dan kiprahnya sebagai kreator. Termasuk, mengungkap kedekatannya dengan beberapa komunitas adat dan situs-situs prasejarah di Tanah Air.
Memotret Khatulistiwa menawarkan empat hal utama, yakni feature bergenre laporan perjalan yang murni petualangan, catatan atau produksi program dokumenter POTRET di SCTV, sekilas etnografi atau penggambaran wajah suku-suku atau etnik di Tanah Air—-kajian ilmu Antropologi dan pelukisan situs-situs arkeologis di peloson negeri—–kajian ilmu arkeologi.
——————————————————————————————–
“Pengalaman saya sebagai seorang Pemimpin Redaksi mengajarkan saya bahwa berkomunikasi dengan mereka yang terbiasa dengan tayangan dokumenter dengan mereka yang biasa dalam tayangan hard news sangat jauh berbeda. Saya menyebut mereka yang terbiasa dengan tayangan dokumenter sebagai seniman. Keras kepala tapi memang argumentatif”
(Rosianna Silalahi, mantan Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV)
“Seperti dikatakan Prof. DR. Toynbe bahwa minoritas kreatiflah yang mampu mencipta peradaban. Saya pikir saudara syaiful HALIM adalah satu dari manusia kreatif Indonesia yang mampu membawa kita bertamasya ke masa silam. bercengkrama dengan alam Indonesia, dan menyapa peradaban megalitik di komunitas adat terpencil di Nusantara yang sesungguhnya menggambarkan tentang kebesaran sejarah dan budaya Indonesia. Lewat karya POTRET di SCTV, kita bisa melihat sebuah karya kebudayaan yang tetap aktual untuk dibaca dan disaksikan dari satu generasi ke generasi yang lain, dari satu masa ke masa yang lain”
(Prof DR. Nurhayati Rahman, M. Hum, Guru Besar Universitas Hasanuddin Makassar dan Filolog Bugis Kuno)
“Sangat jarang pekerja visual berbagai pengalaman lintas budaya mereka lewat tulisan, yang sesungguhnya penting bagi proses perkembangan keragaman Indonesia. Melalui buku ini Syaiful telah memulainya.”
(Aryo Danusiri, Produser & Sutradara)
“Bagi saya, buku ini bukan sekadar referensi dan bahan kontemplasi untuk menapaktilasi perjalanan penulisnya atau melihat cara sebuah dokumenter televisi. Di balik itu semua, sebenarnya kita tengah diperlihatkan potret kebangsaan, nasionalisme, nilai-nilai luhur, budaya bangsa, dan penguatan penguatan budaya lokal, yang belakang ini makin terpinggirkan.”
(Dra. Elly Yuniarti, MM, Kasubdit Pengembangan Budaya Politik Lokal Ditjen Kesbangpol Kementrian Dalam Negeri Repulik Indoneisa)
Produk Terkait
Produksi Program Siaran Radio
Buy NowGado-Gado Sang Jurnalis: Rundown Wartawan Ecek-Ecek
Buy NowPengantar Hukum Pers
Buy Now